“IBU”, SAAT AKU MEMANGGILMU
Minggu, 28 Juni 2009
Edit
Oleh : Akbar Kuspriadi Grand MAster Reiki
“Kelembutan dan kasih sayang yang terkandung dalam mata berbinar seorang ibu adalah kilatan kasih sayang Robb yang mengasuh seluruh alam semesta.” Imam Khameini dalam buku Wasiat Sufi Ayatulah Khameini
Suatu hari, saya dan Kurnia seorang sahabat bersilaturahmi kerumah seorang alumnus Hauzah Ilmiah Qum Iran yang juga merupakan praktisi spiritual.Dalam bincang-bincang tersebut, Kurnia mengeluhkan tentang sulitnya menghadirkan perasaan khusyu dan haru saat berdzikir atau sholat.”Dulu saya memang sering merasakan perasaan bahagia dan haru saat beribadah atau bedzikir, tapi belakang ini saya seperti kehilangan ruh dalam setiap ritual yang saya lakukan.” Keluh pria yang akrab dpanggil Nia ini. Kemudian ustadz muda yang tidak mau namanya dipublikaskan ini mengambil tasbih dan menginstruksikan agar Kurnia membaca istigfar berulang-ulang sebanyak putaran tasbih .Setelah tamat satu putaran , ustadz menanyakan sensasi yang diperoleh setelah berdzikir.” Tidak terasa apa-apa, tapi perasaan agak ringan,” jawab Nia saya spontan.
Setelah menghisap rokoknya dalam-dalam, ustadz muda ini menjelaskan bahwa selama ini kita berdzikir , sholat dan melakukan ibadah tanpa mengaktifkan hati kita, hasilnya kita hanya merasakan letih dan perasaan gersang dalam ibadah ritual atau apa pun yang kita lakukan.Selanjutnya, ustadz muda ini menjelaskan bahwa ia punya metode khusus untuk mengaktifkan atau menghidupkan kembali hati dari kematian panjangnya.Menurut pengakuan beliau, seorang pemuda yang sulit meninggalkan kebiasaannaya mabuk-mabukan dan berzinapun akhirnya dapat menghentikan kebiasaan buruknya setelah dibimbing membaca wirid yang dia ajarkan.hal ini semakin membuat kami semakin penasaran tentang metode temuannya tersebut.
Tidak beberapa lama, ustadz asal Wanaraja Garut menginstruksikan pada Kurnia untuk membayangkan wajah ibunya dan mengucapkan kata “ibu “ secara perlahan dengan penuh mesra sebanyak putaran tasbih, tidak lebih dari sepuluh biji tasbih, tiba-tiba emosinya mengglegak, Kurnia tidak sanggup mengucapkan kata tersebut, pria yang mengaku tidak pernah menangis ini pun akhirnya luluh dalam tangisan. Selanjutnya, ayah dua anak ini berhasil menemukan kembali Nurani, yang selama ini dianggapnya telah mati dan terkubur.
“ Setiap kata, huruf , simbol atau apapun yang dimaknai sesuatu oleh manusia memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi alam semesta dan diri manusia, kata Ustadz mengutip kitab Khazinatul Asrar. Pernyataan kitab klasik Islam tersebut sejalan dengan penemuan hebohnya Masaru Emoto beberapa waktu yang lalu.Dalam penelitiannya Dr.Masaru Emoto , telah membuktikan bahwa tiap kata yang ditulis atau dibacakan pada sebotol air dapat mempengaruhi struktur molekuler air di dalam botol tersebut.
Penulis buku The True Power of Water ini menyatakan bahwa tiap kata atau gambar bahkan lagu tertentu mengandung hado.Dalam Hado terkandung semua informasi tentang kata atau sesuatu tersebut.Hado berarti semua energi yang sulit dilihat yang ada di alam semesta. Bentuk energi yang sulit dilihat inilah yang dapat mempengaruhi kualitas air dan kristal air yang terbentuk.Semua benda yang ada di dunia ini mempunyai Hado. Energi ini bisa berbentuk positif atau negatif, dan mudah dipindahkan dari satu benda ke benda lainnya. Kata "kamu bodoh" atau "terima kasih" misalnya , mempunyai getaran makna, yang kemudian diserap oleh air dan muncul kembali dalam bentuk kristal jika air tersebut dibekukan. Jika air diperlihatkan makna-makna positif, kristal yang indah akan terbentuk sebagai refleksi dari Hado yang positif. Hado membentuk respon air terhadap informasi yang yang diterima.
Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa tiap kata mengandung kekuatan makna yang berasal dari jiwa manusia yang memaknainya yang kemudian “memanifestasikan dirinya keluar”Saat kita mengucapkan kata “kamu bodoh” misalnya pada seseorang akan membangkitkan atau “memanggil” memori tentang rasa tidak enak dan getaran-getaran negative dari dalam diri orang yang diejek tersebut hingga memancar keluar dan mempengaruhi air, bahkan dirinya sendiri yang tersusun dari air dan selanjutnya mempengaruhi alam sekitarnya.
Kata Ibu memuat segudang informasi tentang kasih yang Tuhan yang Tidak terbatas, cinta tanpa pamrih, kehangatan, dan berbagai rasa mistis horizontal (Ilahiyah) yang tak tergambarkan dengan kata. Kalau boleh saya katakana bahwa Hado yang terkandung dalam kata Ibu berasal dari Kasih sayang Murni Sang Maha Pencipta, Kehangatan Cinta sang Maha Pengasuh Alam Semesta dititipkan dalam hati seorang ibu.
Ayatullah Khameini dalam wasiatnya pada putera-puterinya ( yang kemudian dibukukan , dalam edisi Bahasa Indonesia berjudul Wasiat Sufi Ayatullah Khameini .Penerbit Mizan) mengatakan,” Kelembutan dan kasih sayang yang terkandung dalam mata berbinar seorang ibu adalah kilatan kasih sayang Robb yang mengasuh seluruh alam semesta.” Selanjutnya ulama besar yang sederhana ini mewasiatkan,” Allah Subhanahu wa ta`ala telah meniupkan ke dalam hati seorang Ibu kasih dan CintaNya sendiri dengan suatu cara yang tidak terperikan dan tak seorang pun dapat menghargainya kecuali para ibu itu sendiri.Berkat kasih AbadiNyalah maka para ibu kukuh seperti Arsy Allah itu sendiri, memiliki kekuatan untuk menanggung kesakitan, kesusahan menjadi seorang ibu sejak awal kehamilan, selam kehamilan, persalinan, tahun-tahun anaknya masih menjadi bayi hingga sepanjang hidup anaknya.”
Kecintaan pada seorang ibu adalah cinta murni yang dapat menembus alam hakikat,suatu cinta yang terhubung dengan Sang Maha Cinta. penghormatan kita padanya merupakan penghormatan kita pada Pencipta. Itulah sebabnya engapa Uwais AlQorni mencapai derajat kewaliannya dengan baktinya pada ibunya, karena bakti pada ibu meruapakan suatu amal saleh yang dapat mendekatkan kita padaNya.Cinta dan bakti kita pada ibu merupakan laku spiritual yang sangat bernilai tinggi dibanding laku-laku spiritual lainnya.
Dalam pandangan Ibnu Arabi, seorang ibu adalah termasuk pancaran tajalli Tuhan, dalam konteks ini maka seorang ibu memancarkan kehangatan kasih, ketulusan , perhatian, singkatnya kerububiyahan Tuhan itu sendiri. Selanjutnya, ungkapan perasaan ”sensual” dan kerinduan dalam puisi-puisinya berubah menjadi ajaran sakral tentang percintaan seorang hamba kepada Tuhannya melalui simbol-simbol perempuan.
Itulah sebabnya dalam sebuah doa yang diajarkan kangjeng Nabi ada disebutkan,” Ya Rab (Yang maha pengasuh, Yang Maha pengayom yang Maha Pemelihara) maka sayangilah orang tuaku , sebagaimana mereka telah mengasuhku, mengayomiku, memeliharaku semenjak aku masih kecil ( kama Robbayani sogiro ) “ kama Robbayani sogiro dapat diterjemahkan secara bebas menjadi sebagaimana kedua orang tuaku telah “menggantikan peran kerububiyahan Mu” semenjak aku masih kecil.Fungsi Robb atau Rububiyah mencakup, kepengurusan atau kepengasuhan, pendidikan, dan seterusnya.
Kata ibu memuat informasi tentang Cinta Murni.Cinta adalah hakikat yang menghantarkan kita pada SANG MAHA SUMBER, cinta seorang ibu terhubung dengan SANG RAHMAN-Rahim sumber segala cinta dan kasih, Cinta merupakan karunia agung Allah SWT. Allah menurunkannya bagi manusia sebagai bekal dalam mengelola dunia ini. Cinta merupakan alasan utama kita dilahirkan didunia ini.
Cinta Allahlah yang menjadikan kita ada, bernafas dan hidup didunia. Cinta selalu menghadirkan kebahagiaan dan kekuatan. Seorang ibu bisa menjadi bahagia karena anaknya. Ibu senantiasa melindungi anaknya dengan sekuat tenaga.
Ia rela memikul beban selama berbulan-bulan demi melihat buah cintanya terlahir ke dunia. Ia rela menjaga dan mengasuh buah cintanya walau kadang dirinya sendiri tak terurus.
Itulah cinta sejati !
Cinta Agung Suci nan Murni yang berasal dari Cahaya
DIA YANG MAHA AGUNG DAN MAHA SUCI
Saat kata Ibu diucapkan dengan tulus, hado yang terkandung dalam kata tersebut yang memuat segudang informasi tentang cinta, ketulusan, keagungan, dan keIlahiahan yang bersumber dari Sang Pencipta, mengalir masuk, mempengaruhi seluruh sel-sel tubuh kita, dan mengaktifkan kembali nurani yang berasal dari tiupan atau “percikan” yang Maha Hidup.Nurani yang berasal dariNYA yang maha suci menggeliat dari tidur panjangnya , memancar ke segala arah.Selanjutnya ladang cinta dalam hati kita yang telah lama gersang akhirnya subur, jiwa pun bersemi kembali
Dari naskah saya yang berjudul “KOTODAMA, MENGGALI POTENSI TAK TERBATAS DALAM DIRI MANUSIA DENGAN KEKUATAN KATA”