PENYAKIT DAN IKHTIAR PENYEMBUHAN DALAM SUDUT PANDANG SUFISME II
Senin, 02 Agustus 2010
Edit
Pada artikel sebelumnya,kita sedikit membahas asal muasal penyakit bahwa penyakit adalah akumulasi dari berbagai sebab yang kita buat di masa sebelumnya, atau dapat dikatakan bahwa realitas yang terjadi saat ini merupakan sebuah akibat dari berbagai sebab yang terjadi di masa lalu. Selanjutnya kita pun membahas bahwa apa yang kita lakukan di alam ini membutuhkan waktu dan proses atau bahkan membutuhkan sebab-sabab lainnya untuk mewujud di alam ini, dan apa yang terjadi di alam "sana" pun membutuhkan proses dan waktu atau beberapa sebab lainnya untuk mewujud di alam realitas Itulah sebabnya mengapa ada orang yang berdoa atau berikhtiar untuk sembuh namun belum diijabah atau belum "mewujud" , karena memang semuanya butuh proses, butuh waktu dan butuh beberapa sebab lainnya untuk mewujud dalam sebuah "akibat " yang kita kehendaki.
Pada pembahasan kali ini saya akan sedikit mengungkapkan “kemungkinan lain” dari suatu penyakit.Sebagaimana yang dikatakan para ahli teologi (kalam) atau falsafah bahwa semesta ini adalah mumkinul wujud,wujud yang serba mungkin alias tidak pasti, kita sama-sama fahami bahwa wujud absolut hanyalah dia Sang Wajibul Wujud.Segala wujud “mengada”, karena Dialah penyebabnya.Segalanya di alam semesta ini serba tidak pasti, bahkan pembahasan filsafat yang paling benar sekalipun hanyalah penggambaran dari realitas yang sebenarnya, tetapi bukanlah realitas itu sendiri.Dari sini kita menyadari bahwa pembahasan yang paling benar sekalipun hanyalah penggambaran dari suatu kebenaran , bukan kebenaran itu sendiri, kerana hakekatnya kebenaran itu suci dan tak pernah tersentuh.
Sebagaimana yang kita bahas dalam artikel sebelumnya bahwa segala yang terjadi merupakan akibat dari berbagai sebab yang kita ciptakan, dan berbagai sebab pasti akan berakhir hanya pada satu sebab saja, Dialah Sang Musab al asbab, Penyebab Segala Sebab.Dari konsep ini kita meyakini bahwa segala yang terjadi selalu berhubungan sengan Dia, artinya segala yang tak pasti di alam ini akan selalu terhubung dengan Dia Yang Maha Pasti.
Dalam pembahasan lain dikatakan pula bahwa alam semesta atau segala realitas yang ada di alam ini merupakan “ayat-ayat”Nya, artinya Dia selalu berbicara kepada seluruh ciptaanNya melalui berbagai realitas yang terjadi di alam ini.Tentang hal ini Einsten pernah berkata “ Dengan memahami hukum-hukum alam semesta ini, maka kita akan dapat memahami untuk apa Tuhan menciptakan kita.Segala kejadian dialam ini adalah firman Sang pencipta.
Melalui segala yang terjadi Tuhan berbicara pada kita, dari konsep ini kita dapat memahami bahwa suatu penyakit bisa jadi merupakan media komunikasi Sang Pencipta pada makhluk-makhlukNya.Saat seorang sakit sering kesemutan atau sering sakit kepala tiba-tiba misalnya, bisa jadi itu merupakan suatu sinyal positif dari Sang Pencipta atau pernyataan penuh kasih Ilahi yang berbisik pada orang tersebut untuk segera memperhatikan kondisi dirinya sendiri.Menurut medis sakit kesemutan , sering sakit kepala atau pusing tiba-tiba bisa saja merupakan salah satu gejala stroke.Jadi, bila seseorang sering mengalami sakit kepala kesemutan misalnya, mungkin saja itu merupakan cara Tuhan berkomunikasi dengan kita agar memperbaiki pola makan, agar jangan berfikir terlalu ruwet atau agar kita mulai rajin berolahraga.sakit kesemutan atau kehilangan tenaga tiba-tiba merupakan suatu firman Allah yang berbisik halus,”penyakit ini merupakan tanda dariKu akan datangnya suatu bahaya lain yang lebih besar bila engkau tidak segera memperbaiki dirimu.Maka mulai saat ini Kuperintahkan agar engkau segera memperbaiki dirimu sebelum semuanya terlambat ,maka segeralah ubah pola hidupmu.”
Atau saat seseorang sering sesak nafas dan mengalami rasa pegal di dada misalnya, bisa jadi sakit sesak nafas dan pegal itu merupakan “sapa mesra” Ilahi untuk mengajaknya kembali pada harmoni, pada pola hidup sehat, keseimbangan jasad dan jiwa.Menurut medis, sering sesak nafas bisa jadi merupakan gejala sakit jantung koroner, artinya itu memang merupakan tanda dari Sang Pencipta yang memberi tahu makhluknya akan suatu bahaya yang lebih besar bila ia tidak segera merubah pola hidupnya.Dengan sering sakit sesak dan nyeri di dada ini seolah-olah Sang maha Kasih berbisik dengan lembut ,” Hati-hati sayang, segeralah kembali ke harmoni sebelum semuanya terlambat.” Hanya saja, telinga kita terlalu tuli untuk mendengar ‘bisik mesraNya” itu, terlalu banyak dosa-dosa yang mengHijab kita dariNya.
Dalam teks agama ada istilah ikhtiar, ikhtiar artinya adalah pilihan.Dalam konteks bahwa penyakit merupakan pesan dari Allah, dapat kita fahami bahwa dengan sakit-sakit awal (gejala) , kita kembali dihadapkan pada dua pilihan untuk mendengarkan pesan kasih Ilahi tersebut dengan mengadakan perubahan dalam hidup, kembali dalam harmoni atau memilih bersikap tidak mau tahu dan menjalani hidup tidak sehat seperti yang biasa dijalani sebelumnya .Dua kemungkinan ini pada akhirnya membawa kita pada kemungkinan lain, bila kita memilih mendengarkan “pesan kasih”Nya maka kita akan bahagia, adapun bila kita memilih tidak mau tahu, menutup mata hati dan telinga kita maka akan berakibat penyesalan .Di sini kita fahami bahwa hidup adalah pilihan.
Bagi para `abid (ahli `ibadah), salik atau para `urafa ( para sufi/ ahli irfan), penyakit bisa saja merupakan pesan Tuhan untuk mengajaknya kembali meningkatkan gairah ibadah. Seorang teman saya, yang hidup lurus dalam kesalehan, mengaku selama beberapa tahun belakangan disibukan dengan berbagai kesibukan di kantornya yang cukup menguras energy fisik dan fikirannya.Pada suatu ketika ia pun sakit dan menjalani rawat jalan selama sebulan di rumahnya, dalam kondisi sakitnya ini ia berujar ,” Alhamdulillah, dalam sakit ini saya diberi kesempatan oleh Ilahi untuk menyiram kembali jiwaku yang selama ini kerontang.Disini saya bisa menikmati dzikir dan waktu-waktu indah bersama anak dan istri.,”
Melalui sakit,kadangkala Allah membawa kita pada kondisi jiwa yang lebih murni, pada penyegaran spiritual, menyucikan jiwa dari dosa,atau membawa hamba-hambaNya pada kesadaran atau maqam ruhani tertentu.
Hal ini dialami oleh salah seorang pasien saya, melalui strokenya ia kembali disadarkan bahwa selama ini Allah telah memberinya berbagai kenikmatan yang bahkan luput ia syukuri, kenikmatan bergerak dan kenikmatan menikmati hidup.Dengan serangan strokenya,Allah meruntuhkan segala benteng kepongahan yang ia bangun selama ini.Setelah membaik dan mulai bisa menjalankan ritual shalat, ia mengakui bahwa selama ini ia merasa sobong, dan dengan serangan strokenya tersebut Sang Maha kasih telah meruntuhkan bangunan arogansi yang selama ini ia bangun.
Melalui sakit kadangkala Sang Pencipta dengan penuh kearifan memahamkan seseorang untuk menerima sesuatu yang sebelumnya karena kesombongannya sulit ia terima,, sebagaimana yang dialama Bang Imad (Imaduddin Abdurahman ) .Penceramah agama dan penulis buku-buku Islam beraliran keras ini sebelumnya tidak dapat memahami tekhnik-tekhnik penyembuhan spiritual atau penyembuhan alternative lainnya, menurutnya hanya cara medis atau dengan cara-cara yang teruji secara klinis saja yang diakui Islam, diluar itu menurutnya adalah hal-hal tahayul ,khurafat yang menjerumuskan pelakunya pada syirik.Pada suatu hari beliau mengalami sakit yang amat sangat di kepalanya, berdasarkan hasik CT scan, ustadz ini divonis dokter mengidap tumor otak.SEtelah berbagai ikhtiar ia lakukan dan tidak membuahkan hasil, akhirnya beliau mencoba tekhnik penyembuhan spiritual, kali ini berhasil,tumornya pun hilang setelah menjalani beberapa kali perawatan.Pada akhirnya arogansi intelektualnya pun sirna setelah Tuhan menunjukan KuasaNya untuk menyembuhkan melalui tangan seorang spiritual healer, sebagaimmana yang beliau sendiri akui dalam sebuah acara di salah satu televisi swasta nasional
Ada lagi kisah sembuh lainnya, saya punya kenalan seorang lelaki tua, beliau adalah Praktisi spiritual healing di daerah Garut Jawa barat,beliau sudah berhasil mengobati puluhan bahkan ratusan pasien tumor.Suatu hari lelaki tua yang akrab dipanggil Mama ini merasa ada benjolan tumbuh di perutnya.Menurut medis beliau mengidap tumor stadium 3.Karena merasa mempunyai koleksi segudang doa penyembuhan dan merasa mampu menyembuhkan dirinya sendiri, ia memutuskan untuk tidak berobat medis.”Biasa oge cageur ku basmalah atawa shalawat wungkul (biasajuga sembuh dengan basmalah atau hanya shalawat saja.” Ujarnya.Selanjutnya berbagai cara ia terapkan namun penyakitnya tak kunjung sembuh, malah perutnya kian membuncit.
Pada suatu malam setelah menyadari perutnya kian mengeras, beliau pun mulai menyadari sesuatu.Sambil mengelus-elus perutnya yang kian buncit itu sebait doa ia panjatkan pada Ilahi,” Ya Allah terimakasih , melalui penyakit ini Kau sadarkan hambaMu yang sombong ini, bahwa ternyata yang menyembuhkan para pasienku selama ini adalah Engkau,bahkan hamba tidak kuasa untuk berbuat apa-apa.Ya Allah besok aku akan berobat dengan cara lain,bila memang Engkau tidak izinkan aku untuk sembuh, hamba tetap menerimanya dengan ikhlas.Mangga nyanggakeun gusti ( silakan buat apa saja, saya menerimanya Tuanku).”Dalam keadaan haru ia menepuk-nepuk perutnya sambil berkata,” hai penyakit, terimakasih engkau telah sadarkan aku, aku izinkan engkau hidup di tubuhku asal jangan ganggu aku ibadah pada Allah.”.malam itu uasai tahajud beliau tertidur sangat lelap.Keesokan harinya ia tersentak kaget mendapati perut buncitnya itu mulai mengempes, sebulan kemudian sakitnya pun sembuh setelah ia menyadari sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya.Begitulah terkadang cara Tuhan menyapa hamba-hambaNya.