MEMAHAMI BENCANA DARI "BINGKAI" YANG LAIN


Oleh : Akbar Kuspriadi Grand Master Reiki

Beberapa hari sebelum tulisan ini dibuat, saya menerima beberapa pesan singkat dari beberapa saudara praktisi reiki yang berbunyi," Subhanallah….gempa di Tasik pkl 15:04, gempa di Padang pkl 17:16, gempa susulan pukul 17 :58, gempa di jambi 8:52, coba lihat alqur'an, nomor Surat & ayat sesuai dengan jam-jam tersebut, segeralah bertaubat!"


Benar saja, saat saya membuka alqur'an saya agak terkejut melihat pesan Allah yang tersurat melalui Alqur'an berkesuaian dengan pesanNya tersirat melalui bencana-bencana yang terjadi beberapa waktu yang lalu, untuk lebih detailnya sebagai berikut

"Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang ditetapkan."( Q.S 15:4) berkesesuaian dengan gempa di Tasik pukul 15:4

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Israa’ 17: 16) berkesesuaian dengan gempa di Padang pukul 17:16


“Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz).”17.58 (QS. Al Israa’ :58)berkesesuaian dengan gempa susulan di Padang pukul 17:58


"(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.” (QS. Al Anfaal: 8:52)berkesesuaian dengan gempa di jambi pukul 8:52

Saat mendiskusikannya dengan beberapa teman , sebagian setuju bahwa bencana yang terjadi akhir-akhir ini memang merupakan azab Ilahi, sementara sebagian lainnya berpendapat bahwa bencana tersebut merupakan siklus alam yang tidak ada hubungannya dengan perbuatan manusia, sebagian yang lain malah mempertanyakan mengapa bencana tersebut turun di tempat yang banyak terdapat orang-orang tak berdosa bukan di tempat yang para pemimpin negeri bergelimang dosa seperti senayan, atau bahkan jakarta secara keseluruhan.Seperti biasanya, pendapatku agak berbeda dengan teman-teman yang lain.

Bencana dari sudut pandang hukum SEBAB-AKIBAT


Dalam wacana metafisik Ibnu Arabi ada konsep Insan kabir dan Insan Shogir,atau dalam bahasa populernya ada istilah makrokosmos dan mikrokosmos, Manusia adalah mikrokosmos sementara alam semesta adalah makrokosmos, dalam kosmologi Sunda-Islam konsep sejenis dikenal dengan sebutan Bumi Ageung dan Bumi Alit..Dalam wacana hukum SEBAB-AKIBAT , keduanya manusia dan semesta saling mempengaruhi, satu menjadi akibat bagi yang lain, dan selanjutnya akibat yang terjadi merupakan sebab bagi yang lainnya, begitu seterusnya.Suatu realitas terjadi saat ini karena adanya penyebab yaitu realitas lainya yang terjadi sebelumnya, dan realitas yang terjadi saat ini akan menjadi penyebab bagi peristiwa lainnya , begitu seterusnya.

Kepulan gas buang kendaraan bermotor yang kita lepaskan ke udara, ke alam semesta, pada akhirnya akan menjadi polutan yang meracuni paru-paru kita sendiri.Kita merusak alam, maka alam pun akan kembali merusak kita. Sebaliknya bila kita Kita memperindah dan memperbaiki alam, maka alam pun akan memperindah dan membuat hidup kita menjadi lebih baik.Keduanya, baik mikrokosmos maupun makrokosmos adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan, dalam naungan Law of nature, atau sunatullah, pandangan ini lagi-lagi menyambungkan kita pada faham "Wahdatul Wujud"nya Ibnu Arabi.

Hal ini sejalan dengan teori Medan kuantum dalam fisika modern yang menyatakan bahwa masing-masing kita adalah eksitasi energi, suatu pola atau gelombang di kolam hampa .Kita tak dapat menarik batas tegas antara diri kita dan gelombang lain .
Ahmad Toha Faz dalam bukunya ”Titik Ba” menuliskan,’ Kita masing-masing adalah bentuk-bentuk tersendiri yang mengandung pusat yang sama, sehingga ketika saya merugikan orang lain orang lain juga merugikan saya.Ketika saya mencemari atmosfer dengan sampah, saya mencemari juga paru-paru saya sendiri.”

Seorang teman menulis di blognya bahwa gempaadalah respon alam.Dalam artikel tersebut dia mengambil analogi gema, ketika seorang berteriak keras di atas gunung tinggi terdengar gema yang memantulkan suaranya, saatdia berteriak keras ,” kamu goblok.”maka alam memantulkan kata serupa,” kamu goblok!”.Sebaliknya saat ia meneriakkan “kamu baik” ,maka ia pun akan mendengarkan suara gema dari alam yang seolah-olah mengatakan padanya,” kamu baik.” Gempa yang terjadi baru-baru ini menurutnya adalah merupakan pantulan akumulatif dari seluruh tindakan-tindakan manusia yang kian bejat .

Segala perilaku-perkataan,dan bahkan tindakan manusia yang baru tahap niat sekalipun memancarkan gelombang energy, Bila niat , perkataan , atau tindakan yang dilakukan tersebut negative maka energy yang terpancar biasanya bersifat destruktif atau merusak.Seorang teman mencoba menyalurkan energy Reiki sambil mengucapkan kata-kata negatif pada sebuah tanaman di halaman rumahnya, hasilnya dalam waktu tiga hari tanaman itu layu dan kemudian mati.

Begitu pun dengan bencana yang bertubi-tubi melanda negeri kita, berbagai tindakan negatif para penguasa yang serakah dan semena-mena, ditambah dengan kemarahan, kekesalan,dan rasa keputus asaan masyarakat Indonesiaterakumulasi dalam bentuk energy destruktif yang kemudian memanifestasikan diri dalam bentuk bencana-demi bencana.

Bila ada yang mengatakan bahwa bencana adalah siklus alam, memang begitulah adanya.Akan tetapi berbagai tindakan manusia turut pula “menyusupi” mekanisme alam semesta, sehingga siklus gempa “menjelma” menjadi sebuah bencana.

Segala yang terjadi merupakan buah atau akibat dari sesuatu yang lainnya,realitas atau segala perwujudan yang ada saat ini selalu ada penyebabnya, yaitu sesuatu yang terjadi di masa sebelumnya. Bencana banjir yang terjadi akhir-akhir ini misalnya disebabkan karena "tangan-tangan" serakah manusia yang tak henti-hentinya menggunduli hutan, akibatnya saat musim penghujan banjir pun tak terelakkan.

Lalu muncul pertanyaan,"Mengapa banjir tersebut malah menimpa orang-orang miskin yang tak ikut menikmati, mereka orang-orang lemah tak berdosa terkena akibat dari perbuatan segelintir orang, sementara para "penjahat sesungguhnya" yaitu para aparat serakah yang tak punya hati nurani dan para cukong kayu yang menikmati gelimang harta dari hasil jarahannya malah bersantai-santai nun jauh di sana, di sebuah tempat yang nyaman ,jauh dari tempat terjadinya bencana?" Mengapa bencana selalu menimpa orang-orang yang lemah dan tak berdosa, sementara para pembuat kesalahan yang sebenarnya malah duduk ongkang-ongkang kaki di kursi empuk mereka?


Begitulah hukum SEBAB-AKIBAT, sama seperti seorang suami yang enak-enakan merokok dalam rumahnya sementara istrinya yang sedang hamil tua batuk-batuk akibat asap rokok sang suami.Suaminya menikmati kepulan asap rokoknya, sementara sang istri menderita akibat asap rokok tersebut. Tetapi perlahan tapi pasti, suatu hari nanti sang suami akan membayar akibat dari perbuatannya tersebut, biaya pengobatan anak dan istrinya .

Seperti tubuh manusia,begitu pula dengan bencana, Ibarat tubuh yang merupakan satu kesatuan yang utuh, saat mulut menikmati sop jeroan kambing yang lezat , perut terkenyangkan dengan makanan yang masuk tersebut, akibatnya persendian kaki menderita sakit asam urat.,. Begitulah tubuh sebagai satu kesatuan yang utuh dalam wacana Hukum SEBAB-AKIBAT, kaki yang tidak menikmati sedikitpun nikmatnya sop jeroan kambing harus mengalami bengkak dan sakitnya asam urat padahal yang terlibat dalam dosa tersebut adalah mulut-lidah dan perut beserta perangkatnya.

Lalu muncul pula pertanyaan lain,” kalau begitu, dlmana keadilan Allah, bila orang tak berdosa mendapat azab sementara para pembuat kebijakan yang zhalim dan serakah duduk ongkang-ongkang kaki seolah tak tersentuh azab Tuhan”

Menjawab pertanyaan tersebut,saya katakan terlebih dahulu bahwa sebenarnya dengan diam tatkala melihat kezhaliman merajalela , diam tatkala melihat kesewenang-wenangan atau diam tatkala melihat orang lain dizholimi pun merupakansebuah kesalahan.Dengan menurunkan bencana, Tuhan menghapuslan kesalahan tersebut, sehingga ummat manusia tidak terus menerus bergelimang kesalahan, artinya mereka telah membayar kesalahan yang mereka perbuat sekaligus ,kemudian Tuhan menggantinya dengan menurunkan “Maaf”dan “Kasih Sayang”Nya.

Sementara para penguasa zhalim yang serakah pembuat yang terlihat seolah-olah selamat dan tidak tersentuh azab, pada suatu hari mereka kelak akan menerima akumulasi dari segala dosa akibat kehancuran yang terjadi, mereka menerima dosa demi dosa yang berlipat ganda karena pada hakikatnya tangan-tangan serakah merekalah yang menjadi penyebab turunnya bencana demi bencana di negeri ini,yang kesemuanya akan ditimpakan pada mereka sekaligus, bila mereka tidak segera berubah.

Bencana sebagai wujud Kasih Sayang dan Perhatian Tuhan

Dalam sebuah diskusi, seorang pengikut salah satu tarekat bertanya pada Ustadz Husein Al Kaf tentang Ketidak percayaannya bahwa Allah menurunkan azab pada manusia,menurutnya Allah bersifat Rahman-rahim dan tidak mungkin mengazab hamba-hambaNya.Ustadz Husein alKaf menjawab ,” justeru azab diturunkan Tuhan sebagai bentuk kasih sayangNya pada ummat manusia-dan alam semesta, Azab merupakan salah satu bentuk perhatian Arrahmanurrahim pada Ummat manusia.”

Menurut wacana ini,bencana merupakan “tegur sapa” Ilahi Yang Penuh Kasih yang mengajak manusia agar segera kembali dan memperbaiki segala kerusakan yang telah diperbuat mereka.Ibarat seorang ayah yang karena kasih sayangnya memberikan hukuman sebagai pelajaran bagi anaknya yang dikasihi.Begitupun Tuhan Arrahman , dengan bencana ini memberikan pelajaran bagi kita.Saat segelintir orang dengan keserakahannya merusakhutan,Tuhan membuat mekanisme alam yang bernama banjir,dengan bencana banjir inilah Tuhan mengajarkan pada kita untuk berubah ,memperbaiki kesalahan dengan kembali memberikan perhatian dan menyayangi alam semesta yang merupakan amanat Sang Pencipta.

Seorang penderita diabetes kadangkala terpaksa harus merelakan kakinya diamputasi oleh tim dokter yang merawatnya untukmenyelamatkan hidupnya ,bukan karena ia sudah tidak mencintai kakinya.Seperti analogi tersebut, begitulah sang Pencipta membuat suatu mekasime alam ,seperti sebuah pohon yang menggugurkan sebagian daunnya untuk mempertahankan kehidupannya secara keseluruhan.Demikian pula Arrahman menurunkan bencana untuk menyelamatkan manusia dari kerusakan yang mungkin akan terjadi lebih parah bila bencana tersebut tidak ditimpakan.

Dengan adanya bencana,Tuhan memberikan “ruang kasih” bagi manusia untuk saling memberi,saling berbagi, saling mencintai dan saling tolong menolong satu sama lain.Kasus Tsunami Aceh membuktikan bahwa bencana merupakan “cara” Tuhan merukunkan suku jawa (Indonesia)dan Aceh yang sebelumnya saling bertikai.Sebelum bencana, sebagian orang Aceh seringkali menyebut orang-orang Jawa sebagai Kape ( kafir),setelah Tsunami,di saat para relawan dari seluruh penjuru tanah air termasuk orang-orang Jawa berdatangan,ditambah lagi dengan bantuan pangan dan obat-obatan dari saudaranya di tanah jawa, barulah warga Aceh kembali merasakan bahwa mereka punya banyak saudara .

Sejarah banyak mencatat bahwa banyak orang hebat ,menjadi hebat dan kuat setelah ditempa oleh serangkaian kesulitan,kesedihan,ataupun keterpisahan dengan orang-orang terkasih .Sirah nabawiyah membuktikan hal tersebut,Dalam sejarah diceritakan bahwa Muhammad lahir sebagai anak yatim yang kemudian ditinggal pula oleh ibundanya yang menyusul kepergian sang ayah.Muhammad Sang nabi Islam menjadi lebih kuat dan hebat setelah mengalami berbagai ujian hidup,kesulitan demi kesulitan yang menempanya termasuk perpisahannya dengan orang-orang terkasih semakin menjadikan kepribadiannya kian kuat dan perkasa.Melalui madrasah bencana Tuhan menempa mental manusia-manusia menjadi lebih kuat.

Bencana Sebagai sebuah “pesan Ilahi”


Sebagai bentuk perhatianNya pada manusia, Tuhan menurunkan pesan beruapa ayat-ayat Qouliyah dan ayat-ayat Kauniyah.Ayat-ayat Qouliyah adalah pesan-pesan Ilahi yang turun pada para nabi ,melalui wahyu yang kemudian sampai pada manusia berupa kitab-kitab suci agama samawi.Sementara ayat-ayat kauniyah adalah pesan-pesan Ilahi yang tampak dalam berbagai fenomena alam semesta.Menurut fisikawan Albert Einstein, tujuan penciptaan dapat dimengerti bila kita mampu mengerti tentang alam semesta, menurutnya mekanisme alam semesta membawa sebuah pesan tentang tujuan penciptaan.

Bencana alam apa pun bentuknya tidak bisa diprediksi kapan datangnya,ia bisa datang sewaktu-waktu merenggut segala yang kita miliki saat ini, merenggut orang-orang terkasih dari sisi kita.Bencana yang terjadi beberapa waktu yang lalu kembali mengingatkan pada kita bahwa segalanya adalah titipan yang bisa diambil sewaktu-waktu.Dengan bencana tersebut kita kembali tersadarkan bahwakita masih memiliki semuanya,kita masih memiliki orang-orang terkasih yang menghiasi hidup kita, kita masih memiliki harta dan segala sesuatu yang masih belum kita syukuri. Melalui bencana,Tuhan berpesan pada manusia untuk senantiasa menghargai dan mensyukuri hidup ini.Hidup adalah sebuah kesempatan berharga yang Tuhan berikan agar kita dapat memberikan yang terbaikpada orang-orang terkasih, dan berkarya semaksimal mungkin sebagai bentuk rasasyukur kita pada Sang Pemilik Hidup.

Dari sudut pandang yang lain, bencana merupakan sebuah “warning “dari Tuhan, sebuah tanda akan datangnya bencana yang lebih besar lagi.Seperti halnya gatal-gatal pada kaki pada penderita diabetes merupakan sebuah warning atau peringatan dini yang bila tidak segera diindahkan dengan menjaga pola makan, akan muncul bahaya yang lebih besar seperti kebutaan,amputasi anggota tubuh dan lain sebagainya.Bagi penderita sroke ringan, serangan stroke pertama merupakan warning bagi penderitanya untuk lebih menjaga kesehatan dengan berolah raga dan menjaga pola makan, bila peringatan tersebut tidak diindahkan akan menimbulkan bahaya yang lebih besar di masa yang akan dating seperti kelumpuhan tubuh dan lain sebagainya.Demikian halnya dengan bencana demi bencana yang terjadi akhir-akhir ini merupakan sebuah “warning” atau peringatan dini dari Sang Pemilik alam yang masih memberikan kesempatan pada bangsa ini untuk segera berubah dan memperbaiki diri, bila kesempatan ini tidak dimanfaatkan sangat dimungkinkan akan muncul bahaya yang lebih besar lagi, bencana alam atau bencana kemanusiaan yang akan mengahancurkan seluruh bangunan negeri ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel