RAMADHAN, AJANG KULTIVASI DIRI MENJADI INSAN KAMIL



Oleh : Akbar Kuspriadi Grand Master Reiki

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Tabib pribadi Raja Harun al-Rasyid berkata dengan nada mengejek kepada AlImam Ali bin Husein yang lebih dikenal dengan sebutan Ali Zainal Abiddin bahwa kitab suci al-qur’an tidak sempurna, Qur`an tidak membahas ilmu kesehatan, padahal menurutnyanya ilmu itu ada dua macam: ilmu agama dan ilmu tubuh(kesehatan). Imam AliZainal Abiddin menjawab “Sesungguhnya Allah swt. mengumpulkan ilmu kesehatan hanya pada setengah ayat dalam kitab suci kami”. “Apa itu ?” tanyanya. Imam membacakan potongan ayat 31 dari surah al-‘araf “Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan”. Karena merasa belum puas Dokter kristen tadi mengejar Imami dengan pertanyaan lain “Tapi bukankah Nabimu tidak pernah mengajarkan ilmu kesehatan ?”. Imam menjawab “Nabi kami membahas lengkap kesehatan hanya dalam satu hadistsnya, yaitu: manusia tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari pada perut (lambung). Cukuplah baginya beberapa suap makanan sekadar bisa menegakkan tulang punggungnya. Jika menuntut harus dipenuhi, maka sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk pernapasan”. Dokter tadi terkagum-kagum dan berkata “ternyata Hipokrates tidak ada apa-apanya dibanding kitab suci dan Nabimu”.

Dalam dialog diatas tergambar bahwa islam adalah agama integralistik, utuh sempurna yang tidak dikotomis, yaitu membahas semua lini hidup dan kehidupan manusia,dari hal terkecil sampai yang terbesar, dari mulai buang air kecil,sampai mengatur negara. Dalam artikel ini,saya akan sedikit membahas bahwa aspek ritual ramadhan ternyata tidak hanya berdampak terhadap manusia secara emosional, mental dan spiritual saja, tetapi juga memiliki dampak terhadap kesehatan fisik.Dengan shaum dan ritual-ritual lainnya di bulkan ramadhan, seorang dilatih menjadi pribadi yang kuat jasmani-rohani atau dalam bahasa lain diistilahkan sebagai “insan kamil” yakni seorang yang layak menyandang predikat wakil Tuhan di muka bumi ( khalifah fil ardli ).

Shaum sebagaimana ibadah-ibadah yang lain,bertujuan mendekat pada Allah sang Pencipta langit dan bumi.Dalam kajian Ibnu Arabi,mendekat bisa berarti mendekati sifat-sifat Tuhan,dalam diri kita tersimpan sifat-sifat Ilahiayah, dalam teks agama disebutkan bahwa Tuhan meniupkan ruhNya pada kita setelah proses penciptaan kita sempurna. Seperti halnya saat seorang menuntut ilmu ,hakekatnya ia sedang mendekat pada Al Alim,Yang Maha tahu. Demikian pula dengan seorang manusia yang sedang mencari rizki ,pada hakekatnya ia sedang mendekat pada Arrozaq ,Yang Maha memberi Rezeki.

Ahlul bait (keluarga) nabi saat melafalkan niat dalam shaum di bulan ramadhan selalu menggunakan kata “qurbatan ilallah “ artinya mendekat kepada Allah.Dalam shaum seorang berusaha lebih mendekat lagi pada Dia yang Maha dekat dengan cara meneladani sifat-sifatnya, tidak makan ,tidak minum dan shabar adalah sebagian dari sifat-sifatnya.

Begitupun dalam amalan Bulan Ramadhan yang lain seperti anjuran menghidupkan malam-malam alqadar,kita dilatih pula untuk tidak tidur dan berbuat amal kebajikan seperti berbagi pada sesama (sidqoh) .Tidak tidur adalah sifatNya, demikian pula penyantun atau senantiasa memberi adalah sifatNya .

TAKHOLLI ATAU PENGOSONGAN DIRI

Dalam kajian tasawwuf kita mendengar istilah Takholli-Tahallidan tajalli. Takholli artinya mengosongkan diri dari hal-hal buruk, dalam terminologi tasawuf takholli berarti membersihkan diri dari berbagai dosa yang mengotori jiwa, baik dari dosa lahir maupun dari dosa batin, atau berbagai penyakit hati. Saat shaum atau berpuasa secara fisik kita mengosongkan perut kita dari hal-hal duniawi, ini adalah aspek takholli dalam shaum .
Secara medis,saat seseorang berpuasa ,cadangan lemak dalam tubuhnya termasuk di dalamnya toksin-toksin (racun-racun) yang telah lama tersimpan, terurai dan kemudian keluar dari tubuhnya. Menurut McFadon, seorang ahli kesehatan Amerika, ‘Setiap orang perlu puasa, karena kalau tidak maka ia akan sakit. Karena racun makanan berkumpul dalam tubuh dan membuatnya seperti orang sakit, memberatkan tubuhnya, dan mengurangi vitalitasnya. Apabila ia berpuasa, maka berat badannya menurun, dan racun-racun ini terurai daritubuhnya dan keluar, sehingga tubuhnya menjadi bersih secara sempurna, lalu bobot tubuhnya akan kembali naik, dan sel-selnya kembali baru dalam waktu tidak lebih dari 20 hari setelah berhenti puasa. Pada saat itu ia merasakan vitalitas dan kekuatan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya.’

Saat berpuasa atau saum ini,segala racun-racun jasmani akan terurai dan kemudian keluar dari tubuh manusia.Sebagaimana yang kita tahu bahwa tubuh kita seringkali menerima asupan makanan yang tidak berkah, dalam bahasa Reiki barangkali kita menyebutnya sebagai makanan yang mengandung atau menyimpan energi negatif.Nah,makanan-makanan haram, atau tidak berkah ini tersimpan lama dalam tubuh kita dan memberikan dampak yang tidak hanya pada tubuh fisik kita tetapi juga berdampak buruk bagi tubuh energi dan ruhani kita.Shaum dalam hal ini dapat kita jadikan sarana untuk mengosongkan tubuh kita tidak hanya dari toksin atau racun-racun jasmani saja, tetapi juga dari racun-racun ruhani, karena sel-sel yang menyimpan getaran energi negatif yang dapat mengotori ruhani kita, kembali terurai dan keluar dari tubuh kita dengan shaum, inilah aspek takholli dalam shaum.Selanjutnya dikatakan bahwa setelah 20 hari berhenti puasa , sel-sel tubuh kita akan kembali baru, ini berhubungan dengan aspek tahalli yang akan kita bahas berikut ini .

TAHALLI ,MENYERAP ENERGI ILAHIYAH

Tahalli secara bahasa berarti menempatkan atau mengisi. Dalam dunia tasawuf berarti mengisi atau menghiasi diri dengan berbagai amal saleh, baik amalan lahir maupun amalan batin. Tahalli berarti pula menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dengan “meniru” akhlak atau sifat-sifat Allah. Dalam kaitan ini misalnya ada hadits yang sudah cukup populer karena sering dikutip para ustadz dalam berbagai ceramah keagamaan , "takhallaqu bi akhlaqillah" artinya Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah.

Setelah kotoran-kotoran ruhani yang selama ini membebani jiwa kita ter’detoksifikasikan”,selanjutnya kita mengisinya dengan energy spiritual yang positif.Saat kita tadarus atau membaca Alqur`an atau membaca doa-doa ataupun berdzikir menyebut nama-namaNya, segala getaran energy positif yang terkandung dalam kata-kata yang kita baca akan terserap dan mempengaruhi fisik-emosional-mental hingga kemudian spiritual kita.

Kita ingat penemuan Dr.masaru Emoto bahwa tiap kata mengandung hado yaitu sesuatu “getaran energi’ yang memuat informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kata tersebut. Dan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa hado yang tersimpan dalam kata-kata tersebut dapat mempengaruhi air .Tubuh manusia yang 2/3nya adalah air tentunya sangat responsive dengan kata-kata yang sering kita ucapkan.Saat shaum,kita dilatih untukmengurangi bahkan menghentikan mengucapkan kata-kata negative, seperti kata-kata jorok, umpatan, atau perkataan-perkataan yang tidak berguna, selanjutnya kita mengisi diri kita dengan kata-kata berhado positif dari qur`an dan nama-nama Ilahi dalam berbagai doa maupun amalan -amalan lain yang kita panjatkan.

Ayat-ayat alQur`an merupakan kalam Ilahi yang memiliki dampakbagi jiwa manusia, hal ini terbukti dalam sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Al Qadhi, melalui sebuah penelitian yang dilakukan di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, ilmuwan ini berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Selanjutnya, Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Alqur’an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an.

Alquran pun ternyata terbukti pula memberikan efek positif jika diperdengarkan kepada bayi. sebagaimana diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997,bahwa bayi berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.
Hal ini sesuai denganFirman Allah
“Dan apabila dibacakan Alquran, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. 7: 204).
“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus/10: 57)

TAJALLI

Tahap Selanjutnya adalah tajalli yang merupakan hasil atau buah dari dua langkah sebelumnya, dimana seorang insan diformat ulang melalui takhalli dan tahalli.Tajalli artinya menampakan, dalam kajian tasawwuf Ibnu Arabi seorang yang mencapai keadaan tajalli telah berhasil menampakan sifat-sifat atau cahaya ke-tuhanan dalam dirinya.Artinya setelah diri dikosongkan dari kotoran-kotoran atau racun-racun ruhani , kemudian diisi kembali dengan cahaya atau getaran energy positif , maka selanjutnya pengaruh atau dampak dari getaran energy positif tersebut akan memancar keluar, tampak melalui pancaran wajahnya , terlihat melalui perilakunya.

Dalam QS. Al-Ahzab 33: 45-46 disebutkan bahwa Nabi merupakan tajalli dari sifat-sifat (yang bersumber dari) Tuhan :
“Wahai Nabi sesungguhnya Kami telah mengutusmu sebagai seorang Saksi, Seorang Pembawa kabar gembira, dan seorang Pemberi Peringatan, dan sebagai Seorang Penyeru (Da’i) kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai suatu Lampu yang menebarkan Cahaya“.

Sifat Rouf dan rahim yang berasal dari Ilahi telah terserap dan terpancar dalam kepribadiannya.Dalam sebuah riwayat bahwa di saat malam IdulFitriSangnabi Suci menemukan seorang anak yatim yang sedang manangis.Dengan lembut Sang Nabi bertanya pada si anak, “ kenapa engkau menangis ?”si anak menuturkan bahwa kedua orangtuanya telah tiada, anak itu tinggal sebatang kara tanpa ayah dan ibu.Dengan penuh kasih, Sang Nabi Islam memeluk anak tersebut dengan hangat dan mengatakan<” maukah engkau bila Muhammad menjadi ayahmu, Ali menjadi pamanmu,hasan dan Husein menjadi saudaramu.” Anak itu mengangguk haru,dengan penuh kasih nabi membawanya pulang.Dalam kisah tersebut kita melihat tajalli atau penampakan “kasih Tuhan “ dan ‘keLembutkan Tuhan” dalam akhlak Nabi.

Di saat lain saat orang-orang Thaif melemparinya dengan batu dan sesuatu yang kotor,nabi memaafkan dan mendoakan mereka .Qur`an menggambarkan pancaran “Sifat-sifat” (yang bersumber) dari Tuhan yang wujud dalam kepribadian Nabi sebagai berikut:
“Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari bangsa kalian (manusia), sangat berat memikirkan hal yang menimpa kalian, ( hafidzun ) sangat memelihara kalian dan (raufurrahim )sangat berkasih sayang kepada orang – orang yang beriman QS. At-Taubah : 128.

Dalam sebuah diskusi dengan teman-teman yang mengaku telah bersatu dengan Allah, saya mengatakan ,”Bohong kalau ada orang yang merasa bersatu dengan Allah sementara dalam hatinya masih menyimpan kebencian,kemarahan,keluh kesah dan berbagai penyakit hati.seorang yang telah mencapai taraf tajalli adalah seorang yang dalam kepribadiannya terpancar akhlak yang agung yang bersumber dari Yang Maha Agung”

Sejarah pun telah pula membuktikan pada kita bahwa ritual-ritual Ibadah termasuk shaum yang dilakukan dengan benar dan penuh kesungguhan akan memunculkan pribadi-pribadi Insan Kamil yang tampak dalam kepribadiannya Cahaya Spiritual (yang bersumber dari) Tuhan.Diriwayatkan bahwa pada malam ke 19 Ramadhan Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah dibunuh sedang menjalankan saat sholat subuh oleh ibnu Muljam dengan pedangnya yang beracun. Dalam keadaan terluka parah, Al Imam Ali berseru “ Aku menang wahai Pemilik ka`bah”.Saat Ibnu Muljam sang pembunuh di hadapkan ke hadapannya, al Imam malah mengatakan,” longgarkan ikatannya (karena ikatan itu menyakitinya).” Dalam riwayat lain dikatakan bahwa bahwa Al Imam membagi jatah susu dan roti saat makan sahur dan berbuka puasanya untuk sang pembunuh.Sebuah kisah indah tantang tajalli , penampakan Kekuatan Spiritual Pemaaf-Pengasih-Penyayang- dan Shabar yang bersumberkan dari Sang Pemilik Lagit dan Bumi dalam diri manusia.

MANUSIA-MANUSIA KUAT HASIL BINAAN MADRASAH PUASA

Puasa dalam menjadikan seorang manusia kuat secara psikologis, , dalam sebuah penelitian yang dilakukan Alan Cott terhadap pasien gangguan jiwa di rumah sakit Grace Square, New York ditemukan bahwa Pasien sakit jiwa ternyata bisa sembuh dengan terapi puasa.Ditinjau dari segi penyembuhan kecemasan, dilaporkan oleh Alan Cott, bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa rendah diri, juga dapat disembuhkan dengan puasa.

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang dilakukan para pakar psikiatri. Nicolayev, seorang guru besar yang bekerja pada lembaga psikiatri Mosow (the Moskow Psychiatric Institute), mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan berpuasa. Nicolayev mengadakan penelitian eksperimen dengan membagi subjek menjadi dua kelompok sama besar, baik usia maupun berat ringannya penyakit yang diderita. Kelompok pertama diberi pengobatan dengan ramuan obat-obatan. Sedangkan kelompok kedua diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Dua kelompok tadi dipantau perkembangan fisik dan mentalnya dengan tes-tes psikologis. Dari eksperimen tersebut diperoleh hasil yang sangat luar biasa, yaitu banyak pasien yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi medis, ternyata bisa disembuhkan dengan puasa. Selain itu kemungkinan pasien tidak kambuh lagi selama 6 tahun kemudian ternyata tinggi. Sebagioan besar pasien tetap sehat.



Tentang kekuatan jiwa hasil binaan madrasah ramadhan ini ,Sayyid Ali Khamenei pernah menyatakan tatkala muncul ancaman Amerika-Israel untuk menghentikan program nuklirnya,” kami kaum Muslimin Iran tidak pernah takut pada Amerika dan kekuatan manapun, kami tidak takut akan boikot ataupun ancaman peperangan karena kami sudah terbiasa berpuasa di bulan ramadhan.”

Secara fisik ,puasa pun ternyata memberikan pula dampak yang signifikan bagi ketahanan tubuh terhadap penyakit. Menurut hasil penelitian oleh para ahli kesehatan di Universitas Osaka, Jepang pada tahun 1930 Bentuk perisai yang tumbuh dari aktivitas puasa, ialah bertambahnya sel darah putih dan diblokirnya suplai makanan untuk bakteri, virus, dan sel kanker yang bersarang pada tubuh. Hal ini menjadikan orang-orang yang berpuasa memiliki daya tahan dan kekebalan tubuh yang kuat. Karena itu mereka kelihatan lebih sehat dan tidak mudah terserang penyakit.

Melihat berbagai dampak dari puasa ini, Tidaklah mengherankan jika pahlawan ternama perancis, Napoleon Bonaparte mengatakan “ perisaiku adalah puasa”.

(disarikan dari khutbah Lailatulqadar Ustadz Fuad Hadi dan ustadz Jalaluddin Rahmat dan berbagai sumber lainnya )

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel