PERJALANANKU MENUJU HENING

Langkah kecilku menuju alam spiritual justeru baru dimulai pada saat SMP. Ada semacam kehausan atau mungkin kerinduan akan ”kebenaran’ , saya yang hidup dalam didikan sekuler yang tidak begitu mementingkan agama mulai ”menggugat” kehidupan keberagamaanku dilingkungan keluarga , bila anak-anak lain seusiaku saat itu dipaksa orang tua mereka untuk sholat dan mengaji,justeru malah saya yang ”memaksa” mereka mengajarkanku sholat dan mendatangkan guru mengaji. Setelah itu, kerinduanku justeru semakin bertambah dan bertambah, berbagai kegiatan keagamaan mulai dari bedah buku, diskusi agama, organisasi pemuda keagamaan hingga pesantren kilat saya ikuti, namun semua itu sama sekali tak menghilangkan ’dahaga spiritualku” . Bukannya ketenangan yang saya dapatkan dalam setiap sholat dan dzikirku yang terkadang hingga berjam-jam, yang ada malah rasa letih luar biasa dalam batin dan fikiranku . Dalam setiap sholat dan dzikirku , saya selalu disibukan dengan menekan dan melawan lintasan-lintasan fikiran dibenakku yang selalu muncul silih berganti, semakin ditekan malah semakin banyak yang bermunculan , ada sesuatu yang hilang dalam diriku, saya memasuki sisi gelap dunia, yaitu pornografi sebagaimana remaja seisiaku pada umumnya. Seiring pertambahan usia, kerinduanku akan hakekat kebenaran semakin bertambah, di bangku kelas satu sekolah menengah atas sekitar tahun 1992, saya mengikuti salah satu Perguruan Olah Nafas yaitu Lembaga Seni Olah Nafas Dzulfiqor yang mengajarkan sistem Pembangkitan Tenaga Dalam dengan metode meditasi gerak pernafasan.Di setiap akhir latihan , kami duduk meditasi sambil menatap suatu titik atau objek di depan dan pelatih menginstruksikan untuk fokus dan konsentrasi pada titik tersebut.Hasilnya, boro-boro konsentrasi yang ada malah saya sibuk melawan rasa letih, dinginnya malam dan berperang melawan berbagai lintasan fikiran yang bermunculan silih berganti, saat suatu lintasan fikiran yang muncul berhasil ”diusir” dari benakku, saat itu pula fikiran lain bermunculan, dan seterusnya hingga keletihan spiritual lagi-lagi muncul sebagai pemenangnya. Hal itu terus berkelanjutan hingga saya diangkat menjadi asisten pelatih,dalam setiap latihan saya selalu menginstruksikan para yunior untuk fokus dan konsentrasi , sesuatu yang sebenarnya saya sendiri pun belum merasakannya. Karena rasa frustrasi itulah, diam-diam saya mempelajari lagi berbagai ”ilmu” atau metode lainnya, mulai dari belajar secara otodidak melalui berbagai buku tentang meditasi dan pernafasan yang saat itu sedang marak-maraknya , dan melalui berbagai perguruan lainnya yang diam-diam saya rambahi. Dari beberapa buku yang saya baca, diceritakan tentang pengalaman spiritual berupa rasa ketenangan dan kedamaian luar biasa yang dalam istilah yoga dinamakan ”ananda” dan dalam istilah sufisme disebut dengan Fana, tetapi lagi-lagi semua itu hanya sekedar cerita, yang saat itu saya belum memasukinya sama sekali. Pengalaman Out of Body Eksperiense pertamaku Setelah mengalami berbagai kegagalan demi kegagalan, pada tahun 2004 (SMU kelas 2 ) seorang teman memperkenalkan saya dengan suatu komunitas atau sebut saja geng , peminat ilmu-ilmu mistik-spiritual Sunda-Islam yang kemudian kami namakan White Kalam . Sebelum masuk , kami menjalani suatu tradisi penularan atau penginduksian kekuatan spiritual yang mereka namakan ijazah , be`at, atau aktifasi, saat menjalani ritual tersebut barulah saya merasakan sensasi getaran dari tulang ekor menuju ke atas kepala hingga kemudian melingkupi seluruh tubuh, dan sejak saat itulah saya mulai sering mengalami suatu kekuatan yang membuat tubuhku bergetar, beberapa tahun kemudian barulah saya mengetahui bahwa apa yang dialami tesebut adalah fenomena kundalini syndrom. Pada suatu siang selepas sholat Dzuhur sepulang dari sekolah , seperti biasa saya kembali melakukan rutinitas meditasi yang sensasinya sudah dapat saya rasakan walaupun saat itu belum memasuki ”zona hening” seperti yang diharapkan. Karena mengantuk, akhirnya saya merebahkan diri di ranjang hingga tertidur, tiba-tiba saya terbangun karena merasakan getaran di sekitar seperti gempa bumi , dan saat itu telinga berdenging keras, seiring suara dengingan di telinga yang kian lama kian keras, getaran yang kurasakan pun semakin lama semakin kuat hingga tubuhku terlihat seperti bergoncang-goncang, tanpa terasa tiba-tiba badan terasa seperti melayang ke angkasa . Saat membuka mata saya sudah ada di atap kamar, dan ketika membalikan badan terlihat tubuhku terbaring di ranjang, Maha Besar Tuhan, saya melihat tubuhku sendiri. Awal Memasuki Zona Hening Minggu siang tahun 1999 di sebuah hotel di Bandung saya menjalani inisiasi Reiki yang diberikan oleh Master Reiki Rahmat Dharmawan, setelah sebelumnya Master pembimbing Yayasan Metta Energi ini (sekarang Padepokan Kundalini Dharma Yoga) menginstruksikanku untuk pasrah , membiarkan semuanya terjadi sambil berdoa dalam hati, sama sekali tidak menyuruhku untuk fokus atau berkonsentrasi, tidak berapa lama terasa hawa hangat mengalir masuk dari ubun-ubun menyebar ke seluruh tubuh, terlihat kilatan-kilatan cahaya menerpa tubuh dan dalam keadaan pasrah tanpa berusaha berkonsentrasi tiba-tiba fikiran ku seperti hanyut begitu saja mengalir bersama energi yang mengalir dalam tubuhku, tanpa terasa tigapuluh menit berlalu dalam fikiran yang tenang dan fokus pada rasa nyaman dan tentram, lintasan-lintasan fikiran yang biasanya sering bermunculan hilang entah kemana. Sejak saat menerima inisiasi Reiki itulah, sensasi yang dialami para pemeditator yang sebelumnya hanya bisa dibaca melalui buku-buku akhirnya saya alami juga , mulai dari melihat kilatan cahaya dan berbagai semburan cahaya, rasa tenang dan rileks yang mendalam, perasaan melayang-layang, hingga sensasi rasa geli yang puncaknya nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh, hingga tubuh menggelepar dalam puncak kenikmatan dalam meditasi (Orgasme Spiritual meminjam istilahnya Pak Irmansyah Effendi) .Saat itu saya merasakan, mungkin inilah puncak perjalanan spiritualku, sensasi yang selama berabad-abad dicari-cari para pendamba kebahagiaan batiniah.Ternyata tidak, semua itu masih langkah awal, perjalanan masih terus berlanjut. Larut di Pusaran ka`bah Ada rasa cemburu dalam hati saat mendengar ibuku hendak berangkat umroh ke tanah suci Mekkah, ”Kapan saya berangkat kesana Ya Robb” gumamku dalam hati. Dari hari ke hari, kerinduanku ber”wisata spiritual” ke ”Rumah Tuhan ” semakin tak terbendung, hingga suatu hari Ibuku memanggilku. Rupanya karena adanya peraturan baru yang mengharuskan wanita yang berziarah ke tanah suci didampingi muhrimnya keberangkatan beliau ke Makkah terhalang, , sehingga kemudian beliau mengajakku ikut serta , yang tentu saja saya sambut dengan suka cita seraya berucap,” Aku datang penuhi panggilanMu Ya Rabb” Dan tibalah saat yang ditunggu-tunggu, singkat cerita saya sudah ada di dalam Masjidil Haram berjalan mendekati Ka`bah, semakin dekat semakin kuat getaran dalam dadaku, saya larut dalam suasana haru dalam thowafku, tanpa terasa saya sudah berdiri di hadapan Multazam , sebuah tempat yang menurut beberapa riwayat dikatakan sebagai tempat yang mustajabah, dan saat tangan ini menyentuhnya, tiba-tiba saya memasuki suatu perasaan hening yang sulit digambarkan dengan kata-kata.Saya seperti memasuki suatu ”zona hening” , dimana saat memasukinya seolah semuanya seperti terhenti, suara-suara yang kudengar ”dliluar” sepertinya hilang entah kemana, semuanya seolah terdiam dan membisu, larut dalam kekhusuan.Dan, saat bersujud di area tersebut, seolah tubuhku menghilang entah kemana, lebur bersama semesta, menyatu dalam tasbih semesta.Selanjutnya dalam keheningan aku berucap,” Ya Tuhan sempurnakanlah spiritualitasku, hingga tahap sesempurna sempurnannya.” Hari demi hari kulalui di Masjidil Haram, setiap sholat, thawaf dan dzikirku di tempat tersebut kulakukan dalam kekhusyukan yang begitu dalam. Sebagaimana yang dijelaskan Agus Mustofa dalam bukunya Pusaran Energi Ka`bah bahwa Ka`bah merupakan medan energi spiritual yang sangat kuat karena menyimpan energi spiritualnya Nabi Ibrahim (Ismail, Siti hajar hingga Muhammad SAWW) , adanya Hajar Aswad yang merupakan batu hitam meteorit yang diyakini memiliki konduktifitas magnetis yang tinggi , ditambah lagi faktor orang-orang yang bertawaf mengelilinginya setiap manusia yang merupakan kumpulan bio elektris mengelilingi satu objek yang ada konduktornya dimana setiap Muslim di seluruh belahan bumi melakukan aktifitas spiritual menghadap pusat tersebut, sehingga wajar saja tempat tersebut memiliki aura spiritual yang dahsyat, ditempat tersebut begitu mudah fikiran dan perasaanku untuk memasuki ”zona” tersebut, berbeda dengan yang kualami sebelumnya di tanah air. Selain itu, saya mengalami pula suatu pengalaman aneh, saat melintas di bawah pancuran emas Ka`bah, tiba-tiba ada sesuatu yang sejuk mengalir di atas kepalaku dan getarannya yang damai menyebar ke seluruh tubuhku, lagi-lagi saya larut dalam suasana hening penuh kebahagiaan. Meditasi merubah hidupku Sepulang di tanah air, atas kehendakNya, saya menamatkan beberapa pelajaran Reiki dan esoteris lainnya hingga tingkat Master Pengajar.29 April 2002, saya dan beberapa rekan mendirikan sebuah Yayasan yang kami beri nama Kriya Semesta, dalam wadah inilah kami mengamalkan ilmu kami dengan mengadakan pelatihan-pelatihan Reiki dan memberikan pelayanan-pelayanan pada masyarakat dengan membuka klinik pengobatan . Tanpa terasa , sudah lebih dari delapan tahun dari awal memasuki ”zona hening” (1999, awal inisiasi Reiki) hingga saat buku ini di tulis , saya menempa diri dengan meditasi dalam berbagai bentuknya .Secara fisik memang tidak ada yang berubah dalam hidup saya, tetapi secara batin-mental-spiritual, ada sentuhan keajaiban yang muncul mewarnai hidup ini, saat ini temperamen saya sudah tidak lagi seberangasan dulu, terkadang memang masih ada sifat pemarah, tetapi seringkali marah itu tiba-tiba hilang begitu saja seperti ada suatu kekuatan besar yang tiba-tiba mencabutnya begitu saja. Dalam hal hubungan dengan Ilahi pun kian hari kurasakan kian mesra, rasa damai dan kesejukan kurasakan dalam menjalankan ritual agamaku, kekhusyukan yang dahulu sulit kugambarkan dalam fikiran apalagi kualami, kini tidak lagi sesulit dulu lagi , ritual-ibadah kujalani dengan nikmat yang kian hari kian bertambah , insya Allah, hingga semua doa dan desiran keinginan terwujud dengan mudahnya bahkan tanpa sempat berdoa sama sekali, Dia sudah mewujudkannya, alhamdulillah. Melalui meditasi dengan berbagai bentuknya inilah, Dia membawaku kembali ke terangNya dari gelapnya dunia. Dalam hal hubungan antar makhluk, meditasi yang kulakukan berefek pada meningkatnya sensitifitasku pada sesama, hingga jangankan pada sesama manusia, pada tumbuhan saja sulit rasanya untuk menyakiti apalagi merusaknya. Bangkitnya Suatu Kesadaran Akhirnya, dengan berbagai pengalaman spiritual yang kualami takdir membawaku untuk berkontemplasi di sebuah tempat dekat pantai di kota Karawang, tepatnya daerah Pulo Bata, suatu petilasan bekas sebuah pesantren yang didirikan oleh Syekh Quro.Dalam meditasi dzikirku usai shalat Dhuhur, tiba-tiba muncul suatu pemahaman akan keTuhanan dan alam semesta, suatu pemahaman yang muncul begitu saja bukan wisik gaib tetapi suatu pemahaman utuh yang muncu begitu saja dibenakku. Begitupun saat saya menghadapi berbagai persoalan kehidupan , kasus-kasus pasien yang sedang kutangani ataupun berbagai permasalahan keagamaan, jawaban-jawaban selalu bermunculan di benakku , berkesinambungan , setiap kebuntuan selalu terpecahkan.Hal-hal tersebut selalu kudiskusikan dengan rekan-rekan pengurus Yayasan Kriya Semesta , ada yang sependapat tetapi ada pula yang belum dapat memahaminya, namun apa yang kualami ini ternyata dialami pula oleh Reiki master Rahadian Susila salah seorang pendiri Yayasan yang kami bina, ajaibnya lagi ternyata segala yang kufahami tentang Tuhan dan kesemestaan ternyata sejalan dan sesuai dengan apa yang selama ini difahami olehnya.Salah seorang rekan dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung jati Bandung mengistilahkan apa yang kami alami ini sebagai ilmu Ladunni, yakni ilmmu yang muncul tanpa dipelajari tetapi difahami begitu saja secara intuitif, namun hanya Tuhan Yang tahu. Dari beberapa buku tentang teosofi Islam, Filsafat dan Tasawwuf seperti karya-karyanya Suhrawardi, Mulla Sadra, Ibnu Arabi, Imam Khomeini, dan Alamah Thoba-thobai akhirnya saya mengetahui bahwa konsepkonsep spiritual atau pemahaman-pemahaman teologis-falsafi yang saya fahami yang datang secara ”tiba-tiba” tersebut ternyata adalah konsep-konsep spiritual sebagaimana yang mereka fahami atau yakini.Termasuk filsafat ketuhanan yang sedemikian rumit , dapat saya fahami begitu saja walaupun secara sederhana dan dengan berbagai keterbatasannya hanya melalui kesadaran yang muncul begitu saja bukan melalui pencarian hakikat sebagaimana filsafat pada umumnya yaitu dengan proses pergumulan pemikiran yang panjang. Hal ini ternyata pernah dialami juga oleh tokoh Sufi Suhrawardi sebagaimana pernyataan beliau,” Aku memahahaminya terlebih dahulu, barulah kemudian akalku menerima penjelasan rasionalnya melalui imu pengetahuin yang setelah itu aku pelajari.”

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel