Men"spiritual"kan Tenaga Dalam


oleh :Akbar Kuspriadi Grand master Reiki

Selama ini sebagian kalangan mengkategorikan bahwa tenaga dalam bukanlah termasuk sebagai kegiatan spiritual, mereka beralasan bahwa pemusatan atau penyimpanan tenaga dalam dilakukan ditantien yang dianggap sebagai chakra ’rendah’. Karenanya menurut mereka yang mendalami Reiki ,tantien yang telalu aktif akan menumbuhkan ego, mereka mengatakan pula bahwa kekuatan tantien yang terlalu kuatlah yang menyebabkan orang-orang tenaga dalam menjadi arogan, suka pamer dan seterusnya.
Saya kurang sependapat dan kurang dapat memahami hal tersebut. buktinya orang-orang reiki yang suka pamer dan arogan pun cukup banyak, Kita sering mendengar ada master reiki yang menganggap bahwa hanya ’varian” atau ”tradisi”nya sajalah yang paling hebat dan unggul, ada pula yang mengklaim bahwa hanya metodenya sajalah yang dapat membangkitkan kundalini, dan seterusnya.
Sementara itu, menurut kaum yang mendalami ilmu wirid, menganggap tenaga dalam bukanlah kegiatan spiritual atau kegiatan ruhaniyah karena bukan termasuk ibadah atau memuji Allah.
Padahal menurut kami, yang membedakan spiritual atau tidaknya suatu aktifitas adalah bukanlah dari aktifitasnya atau kegiatannya itu sendiri , tetapi dari si pelaku kegiatan atau subjeknya . Pergi ke rumah ibadah bukanlah kegiatan spiritual bila dilakukan dengan tujuan pamer atau mencari popularitas, sementara melakukan pengamatan di laboratrium bisa jadi merupakan kegiatan spiritual bila si subjek mengalami ketakjuban akan objek yang diamatinya bahwa objek tersebut merupakan ayat-ayat atau tanda-tanda (kebesaran) Tuhan, sebagaimana nabi Sulaiman yang takjub saat mengamati kuda-kuda yang berlarian sambil mengatakan ”maha Suci Engkau wahai Tuhanku.” Melihat Ka`bah bukanlah kegiatan spiritual bila sipelakunya hanya sekedar mengamati arsitekturnya saja, sementara melihat gunung bisa jadi merupakan kegiatan spiritual bila si subjek melihat ”isi” dari gunung tersebut yang merupakan Tajaliyat ( penampakan kekuasaan ) Ilahi, sebagaimana yang dilakukan Musa As di Thursinai .
Alqur`an menceritakan kisah Musa ini sebagai berikut
”Dan Tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada-Mu.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya, nescaya kamu dapat melihat-Ku.” Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka Setelah Musa sedar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.”
(Al-A’raaf: 143)
Artinya, spiritual atau tidaknya suatu aktifitas tidak dapat dilihat dari duduk bersimpuhnya seseorang sambil menggenggam tasbih, tetapi dari apa yang ”dirasakan” atau dialami seseorang dalam kegiatan tersebut. Spiritualitas memang kasat mata, tetapi seseorang yang telah mengalami pengalaman spiritual (Syuhud dalam istilah tasawwuf) akan mampu ”memancarkan” cercahan spiritual yang telah ”diserapnya’ pada masyarakat sekelilingnya, muncul berupa akhlak yang terpuji, kata-katanya selalu memancarkan kebenaran.
Seseorang yang menguasai atau telah berhasil mengamalkan suatu wirid atau Hizib tertentu ribuan kali dalam pandangan kami belum tentu seorang spiritualis bila tindakannya masih emosional , perilakunya buruk di masyarakatnya ,dan egonya masih mendominasi dirinya.
Spiritualitas menurut kami bukanlah juga pertemuan gaib dengan para guru-guru yang abstrak tetapi adalah adalah suatu tingkatan kesadaran dalam memaknai realitas, indikatornya adalah kemampuan untuk ”melihat” atau memaknai ”isi” dari suatu realitas yang diamati hingga akhirnya menyingkap ”isi” dari realitas keseluruhan dari semesta. Konsep ini akan nyambung dengan pengertian spiritual itu sendiri yang berasal dari kata spirit yang artinya roh atau ”isi” yang tidak terlihat dari realitas.
Metode kami untuk meningkatkan kekuatan Tenaga Dalam menjadi kekuatan spiritual adalah dengan cara nafas dan gerak kontemplatif yaitu melakukan jurus-jurus tenaga dalam dengan cara mengahayati makna filosofis dari tiap jurus yang ada dan menghayati hakekat dari nafas sambil melakukan jurus.
Seorang praktisi nampon misalnya saat melakukan jurus ke enam yang disebut ”tomplok’ , dapat melakukan penghayatan dengan merenungi filosofi ”nomplokeun kanyaah” ( berbagi kasih pada sesama ). Atau saat melakukan jurus terakhir misalnya, seorang praktisi aliran Jurus Lima Cianjuran (kemungkinan masih satu akar dengan Nampon atau bersumber dari Nampon) dapat menghayati makna dari jurus yang berarti ”menyerahkan segala sesuatu padaNya” .
Atau dapat pula dengan merenungi atau mentafakuri hakekat dari nafas itu sendiri. Misalnya saat menarik dan menghembuskan nafas , sadarilah bahwa Nafas yang kita hirup bukanlah milik kita , tetapi berasal dariNya ! (Lihat hakekat Nafas pada bab IV tentang nafas Semesta ).Saat melakukan gerakan jurus kita dapat melakukannya sambil menghayati bahwa tiada gerak kecuali atas izinNya atau setiap gerak adalah bersumber dari af`alNya.Pada akhirnya seorang praktisi tenaga dalam secara perlahan akan larut dalam penghayatan tersebut dan pada akhirnya meningkatlah Kesadarannya.
Sebagaimana sebuah hadist yang mengatakan bahwa tafakur sehari sama artinya dengan ibadah seribu tahun, maka kegiatan pentafakuran nafas dan gerak pada hakekatnya memiliki nilai spiritual yang luar biasa. Saat seorang teman diajarkan metode ini, dan kemudian mengamalkannya, ia melaporkan bahwa cahaya memancar dari seluruh tubuhnya atau kadang-kadang ia merasa diliputi oleh suatu medan energi saat berlatih padahal biasanya ia hanya sekedar merasakan energi keluar masuk dari tubuhnya. Saat latihan tenaga dalam di lapangan, Salah seorang gurunya yang saat itu tengah menyaksikan datang dan berkomentar pada pelatihnya,” Dari seluruh siswa di angkatan ini, dia yang paling bagus powernya.”
Wallahu a`lam

Penulis adalahjuga praktisi tenaga dalam nampon, yang pernah mempelajari berbagai aliran tenaga dalam dan metafisik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel